SilsilahIlmiyyah Pembahasan Kitab Al-Ushulu As-Sittah Halaqah 06 - 10 Halaqah 06 ~ Penjelasan Pokok Kedua Bagian 1 Halaqah 07 ~ Penjelasa HSI 01 - Halaqah 14 Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid - Berlebihan Terhadap Orang Shalih Pintu Kesyirikan. HSI 01 - Halaqah 25 Silsilah Ilmiah Belajar Tauhid - Ridha Dengan Hukum Allāh بسم الله 1MAHAZI HSI 01 ~ Halaqah 01 dari 25 - Pengertian,Keutamaan Dan Beberapa Hikmah Haji - Ust Abdullah Roy, MA - 04:49. 2 MAHAZI HSI 02 ~ Halaqah 02 dari 25 - Kewajiban Haji Dan Kapan Diwajibkan - Ust Abdullah Roy, MA - 05:08. 3 MAHAZI HSI 03 ~ Halaqah 03 dari 25 - Pengertian,Ciri,Keutamaan Haji Mabrur dan Cara Mendapatkannya - Ust Abdullah Roy MengenalAgama Islam (Halaqah 7) Rukun Iman Disampaikan oleh Ust. Dr. Abdullah Roy, M. A. Hafidzahulloh. Rabu, 2 Oktober 2019 Halaqah Silsilah Ilmiah (HSI) 1 Belajar Tauhid (Halaqah 23) Taat Ulama dalam Kebenaran Disampaikan oleh Ust. D HSI - Belajar Tauhid (Halaqah 2) - Tauhid Syarat Mutlak Masuk Surga Halaqahyang Pertama dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Para Malaikat adalah tentang Muqaddimah Beriman Kepada Para Malaikat. لسلامعليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang pertama dari Silsilah yang ke 5 Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Makna dan Dalil Beriman Kepada Hari Akhir Hari akhir, dinamakan demikian, karena tidak ada hari setelahnya. Tidak ada lagi hari yang kita Halaqahyang ke-75 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Manfaat Mempelajari Iman Kepada Hari Akhir Beriman kepada hari akhir memiliki manfaat yang banyak dan pengaruh yang baik bagi seorang muslim, di antaranya : Halaqahyang Kedelapan belas dari Silsilah Ilmiyyah Sirah Nabawiyah adalah tentang : "Bagaimana Wahyu Turun Kepada Rasulullah ﷺ Bagian 1″ Dahulu Rasulullah ﷺ mendapatkan kesusahan yang sangat ketika menerima wahyu sebagaimana di dalam shahih Muslim. V5nTKN. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ,السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين 📘 Silsilah Ilmiyyah 1 Belajar Tauhid 🔊 Halaqah ke 01 ~ Mengapa Kita Wajib Belajar Tauhid Halaqoh yang pertama dari silsilah ilmiyyag belajar tauhid adalah tentang “Mengapa Kita Harus Mempelajari Tauhid? Belajar tauhid merupakan kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk bertauhid yaitu meng-esakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ﻭَﻣَﺎ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﺍﻟْﺠِﻦَّ ﻭَﺍْﻹِﻧْﺲَ ﺇِﻻَّ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﻥ ’’Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu’’.Surat Adz-Dzariyaat 56 Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus para Rasul kepada setiap ummat tujuannya adalah untuk mengajak mereka kepada tauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻌَﺜْﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﺃُﻣَّﺔٍ ﺭَﺳُﻮﻟًﺎ ﺃَﻥِ ﺍﻋْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﻄَّﺎﻏُﻮﺕَ ۖ … ’’Dan sungguh-sungguh Kami telah mengutus kepada setiap ummat seorang Rasul yang mereka berkata kepada kaumnya, ’’Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut’’. Surat AnNahl 36 Makna thaghut adalah segala sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala Oleh karena itu seorang muslim yang tidak memahami tauhid, yang merupakan inti dari ajaran Islam, maka sebenarnya dia tidak memahami agamanya meskipun dia telah mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang banyak. Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh yang pertama ini dan in syā Allāh kita bertemu kembali pada halaqoh yang السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ saudaramu, Abdulloh Roy Kota Al-Madinah *Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين Halaqah yang ke-3 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman dengan Kitab-Kitab Allah adalah tentang “Wahyu” Wahyu secara bahasa adalah pemberitahuan yang cepat dan samar. didalam Al-Quran Allah menyebutkan bahwa Allah mewahyukan Ibu Musa alayhis salam untuk menyusui Musa alayhis salam, dan Allah mewahyukan lebah untuk membuat sarang, dan Allah menyebutkan bahwa Nabi Zakaria alayhis salam mewahyukan kepada kaumnya dengan Isyarat, dan didalam Al-Quran Allah juga menyebutkan bahwasanya syaithan mewahyukan kepada wali-walinya. Maka ini semua adalah wahyu menurut bahasa, Adapun secara syariat maka wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada para Nabi-Nya dengan apa yang ingin Allah sampaikan kepada mereka baik berupa syariat atau kitab, baik dengan perantara atau tidak dengan perantara. Dan wahyu inilah yang merupakan kekhususan para Nabi. sebagaimana firman Allah إِنَّآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ كَمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ نُوحٍ۬ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ‌ۚ “Sesungguhnya Kami telah wahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah wahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya…. ” An-Nisa163 Wahyu Allah sampaikan kepada para Nabi menggunakan 3 cara Allah langsung mewahyukan ke hati yang diwahyukan. seperti sabda Nabi ﷺ إِنَّ رُوْحَ الْقُدُسِ نَفَثَ فِي رُوعِي أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا وَتَسْتَوْعِبَ رِزْقَهَا ، فَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ وَلا يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِنَّ اللَّهَ لا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلا بِطَاعَتِهِ “Sesungguhnya Rūhul Qudus Jibrīl telah meniupkan di dalam hatiku bahwa sebuah jiwa tidak akan meninggal sampai sempurna ajalnya dan sempurna rizqinya. Maka hendaklah kalian perbaiki cara mencari rizqi kalian. Janganlah sampai salah seorang diantara kalian mencari rizqi dengan maksiat karena melihat lambatnya rizqi, karena sesungguhnya tidak dicari apa yang ada di sisi Allāh kecuali dengan keta’atan kepadaNya.” HR Abū Nu’aim dalam Hilyatul Awliyā dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albāniy rahimahullāh Allāh berbicara langsung dengan Nabi tersebut dari balik hijab. Sebagaimana ketika Allāh berbicara langsung kepada Nabi Mūsā alayhissalām, sebagaimana dalam firman Allāh وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا “Dan Allāh berbicara dengan Mūsā dengan sebenar-benar pembicaraan” An-Nisā 164 Wahyu tersebut datang dengan perantaraan turunnya Jibrīl membawa wahyu dari Allāh kepada para Nabi dan Rasul. Dalil 3 cara ini adalah firman Allah وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ “Dan tidaklah Allāh berbicara kepada manusia kecuali wahyu yang diwahyukan secara langsung atau berbicara kepadanya dari balik hijab atau Allāh mengutus seorang malaikat utusan kemudian malaikat tersebut mewahyukan dengan izin Allāh apa yang Allah kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” Asy-Syūrā 51 Dan Jibril datang kepada nabi dengan membawa wahyu terkadang dengan wujudnya yang asli, terkadang datang wahyu tersebut seperti kerincingan lonceng, dan terkadang Jibril datang menjelma sebagai seorang manusia. Al-Hārits Ibnu Hisyām radhiyallāhu anhu pernah bertanya kepada Rasūlullāh ﷺ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ ؟ “Wahai Rasūlullāh, bagaimana wahyu datang kepadamu?” Maka Beliau ﷺ berkata أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ ، وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي ، وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ “Terkadang datang wahyu kepadaku seperti suara kerincingan lonceng dan inilah yang paling berat bagiku. Kemudian suara itu pergi dan aku sudah memahami apa yang dia katakan. Dan terkadang malaikat menjelma sebagai seorang laki-laki kemudian berbicara kepadaku dan akupun memahami apa yang dia ucapkan.” Hadits Muttafaqun alayhi Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته Abdullāh Roy Di kota Al-Madīnah Halaqah Silsilah Islamiyyah adalah sebuah kegiatan pembelajaran agama islam jarak jauh dengan memanfaatkan sarana grup di aplikasi WhatsApp. Kegiatan ini diprakarsai oleh Ustadz Dr. Abdullah Roy Lc. MA, Alumni S3 di Universitas Islam Madinah, Kerajaan Saudi Arabia. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan cara pemberian audio kajian setiap pagi dari hari senin sampai dengan jumat. Rekaman audio yang disampaikan langsung oleh Ustadz Dr. Abdullah Roy Lc. MA, ini berdurasi kurang lebih lima menit. Pada malam harinya, peserta diharapkan berpartisipasi dalam tanya jawab dengan materi dari audio yang telah didengarkan pada pagi hari. Dan pada setiap hari ahad terdapat evaluasi untuk lebih memperdalam pemahaman para peserta halaqah. Selanjutnya di setiap akhir silsilah diadakan ujian akhir untuk mengetahui sejauh mana peserta memahami materi yang telah disampaikan. Bagi peserta yang lulus ujian akan diberikan syahadah oleh Ustadz Dr. Abdullah Roy Lc. MA, sebagai tanda partisipasi telah mengikuti program HSI Abdullah Roy. HSI 07 ~ Silsilah Beriman Kepada Kitab – Kitab Allah Halaqah – 01 Pengertian Kitab Secara Bahasa dan Syariat Halaqah – 02 Pentingnya Beriman Dengan Kitab-kitab Allah Halaqah – 03 Wahyu Halaqah – 04 Beriman Bahwasanya Kitab Ini Benar-benar Turun Dari Allah Halaqah – 05 Beriman Dengan Nama2, Kitab2 Allah Yang Kita Ketahui Namanya Halaqah – 06 Shuhuf Ibrahim Halaqah – 07 Shuhuf Musa dan Kitab Az-Zabur Halaqah – 08 At-Tauraah Kitab Taurat Bagian 1 Halaqah – 09 At-Tauraah Kitab Taurat Bagian 2 Halaqah – 10 At-Tauraah Kitab Taurat Bagian 3 Halaqah – 11 At-Tauraah Kitab Taurat Bagian 4 Halaqah – 12 Kitab Al-Injil Bagian 1 Halaqah – 13 Kitab Al-Injil Bagian 2 Halaqah – 14 Kitab Al-Injil Bagian 3 Halaqah – 15 Kitab Al-Quran Bagian 1 Halaqah – 16 Kitab Al-Quran Bagian 2 Halaqah – 17 Kitab Al-Quran Bagian 3 Halaqah – 18 Kitab Al-Quran Bagian 4 Halaqah – 19 Kitab Al-Quran Bagian 5 Halaqah – 20 Kitab Al-Quran Bagian 6 Halaqah – 21 Membenarkan kabar-kabar yang shahih Halaqah – 22 Beramal, Ridha Dan Berserah Diri Dengan Hukum-Hukum Halaqah – 23 Hukum Membaca Kitab-Kitab Sebelum Al Quran Halaqah – 24 Penyimpangan-Penyimpangan Dalam Hal Iman Halaqah – 25 Buah beriman dengan kitab-kitab Allah 🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, حفظه لله تعالى 📗 Silsilah Al-Ushulu Ats-Tsalasah بسم اللّه الرحمن الرحيم السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه Halaqah yang pertama dari Silsilah Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al Ushūlu AtsTsalātsah wa Adillatuhā 3 Landasan utama dan dalīl-dalīlnya yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh. Kitāb ini sebagaimana judulnya Al Ushūlu AtsTsalātsah yang artinya adalah 3 landasan utama, yang dimaksud dengan 3 landasan disini, adalah ⑴ Ma’rifatullāh Mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla ⑵ Ma’rifatunnabi shallallāhu alayhi wa sallam mengenal Nabi Muhammad shallallāhu alayhi wa sallam ⑶ Ma’rifatudīnil Islām Mengenal agama Islām Inilah yang dimaksud dengan Al Ushūlu AtsTsalātsah 3 Landasan utama yang ingin disampaikan oleh pengarang didalam kitāb beliau ini. Apa keutamaan mengenal 3 perkara ini? Didalam sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imām Ahmad, Abū Dāwūd dan juga yang lain, dan hadīts ini adalah hadīts yang shahīh. Dari Al Barā ibnu Azīb radhiyallāhu ta’āla anhu dimana didalam hadīts ini Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam menceritakan tentang kisah seseorang atau setiap manusia ketika dia meninggal dunia. Bagaimana dia dicabut nyawanya oleh malāikat, bagaimana dibawa nyawanya keatas kemudian dikembalikan kebumi, kemudian akan datang dua orang malāikat yang bernama Munkar dan Nankir yang akan bertanya kepada orang tersebut tentang tiga perkara. Baik orang tersebut seorang yang mukmin muslim kāfir atau seorang munāfiq sekalipun, akan ditanya tentang 3 perkara ini. ⑴ Ditanya tentang manrabbuka siapa tuhanmu. ⑵ Ditanya tentang maa dīnuka apa agamamu ⑶ Ditanya tentang siapa nabimu. Setiap dari kita akan ditanya tentang tiga perkara ini, kecuali yang memang telah dikecualikan oleh dalīl. Setiap kita akan ditanya siapa Rabbnya, siapa Nabinya dan apa agamanya. Apabila dia seorang muslim yang selama hidupnya, √ Mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla, menunaikan haknya. √ Mengenal Nabi Muhammad shallallāhu alayhi wa sallam, menunaikan hak beliau sebagai seorang rasūl. √ Mengenal agama Islām, menjalankan perintahnya menjauhi larangannya. Maka diharapkan orang seperti ini akan mendapatkan taufīq dan kemudahan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam menjawab pertanyaan dua malāikat ini. Dia akan mengatakan √ Rabb ku adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. √ Nabiku adalah Muhammad shallallāhu alayhi wa sallam. √ Agamaku adalah agama Islām. Namun apabila selama didunia dia termasuk orang yang kufur, mengingkari Allāh, mengingkari Nabi Muhammad shallallāhu alayhi wa sallam dan berpaling dari memeluk agama Islām seperti orang-orang kāfir, maka mereka tidak akan mendapatkan taufīq untuk bisa menjawab tiga pertanyaan ini. Demikian pula orang munāfiq yang mereka menampakkan keislāman dan menyembunyikan kekufuran di dalam hati mereka, mereka menampakan keislāman diantara manusia. √ Mengucapkan kalimat Lā ilāha illallāh. √ Mengatakan kalimat Muhammadur rasūlullāh. ⇒ Secara lisan zhahir akan tetapi didalam bathinnya dia mengingkari ini semua. Maka orang yang demikian keadaannya, tidak akan bisa menjawab pertanyaan dialam kubur yang dinamakan dengan fitnah kubur. Sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasūlullāh shallallāhu alayhi wa sallam ketika orang munāfiq ditanya mereka mengatakan, “hah… hah” artinya mereka tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut, padahal mereka didunia dia mengucapkan “Lā ilāha illallāh” sebagaimana orang-orang Islām mengucapkan “Lā ilāha illallāh” dan dia didunia mengucapkan “Muhammadur rasūlullāh”, sebagaimana orang-orang Islām mengucapkan “Muhammadu rasūlullāh”. Akan tetapi dia tidak mengucapkan ucapan tersebut dengan ikhlās, akan tetapi hanya secara zhahir lisan tanpa diyakini didalam hatinya. Oleh karena itu tidak heran apabila pengarang disini mengarang sebuah kitāb yang ringkas mudah dipahami oleh semua, baik orang awam, seorang penuntut ilmu apalagi seorang ulamā dengan harapan masing-masing dari kita baik seorang muslim maupun muslimah bisa mempersiapkan diri untuk bisa menjawab pertanyaan dialam kubur yang dinamakan dengan fitnatuqabr menjawab pertanyaan tersebut dengan baik dan juga dengan benar. Dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab beliau adalah seorang yang sangat gigih didalam dakwahnya, dan beliau lahir di sebuah daerah di Jazirah Arab yang dinamakan dengan Uyainah pada tahun 1115 Hijriyyah dan beliau menuntut ilmu agama dimulai dari keluarganya, karena bapak beliau juga seorang ulamā dan sudah menghapal Al Qurān ketika beliau berumur 10 tahun, kemudian setelah itu melanjutkan mempelajari ilmu-ilmu yang lain bersimpuh dihadapan para ulamā yang ada di Najed, Hijaz, kota Mekkah, kota Madīnah. Beliau datang kepada mereka menuntut ilmu agama termasuk diantaranya berguru kepada seorang muhadīts di kota Madīnah ini yaitu Syaikh Muhammad Al Hayah As Sindi rahimahullāh dan juga ulamā-ulamā lain kemudian setelah itu beliau memulai dakwahnya menyebarkan ilmu agama mengajak, manusia kembali kepada Allāh, kembali, kepada agama Allāh, mengarang banyak kitāb-kitāb yang bermanfaat diantaranya adalah; √ Kitābul At Tauhīd. √ Al Qawā’idul Arba’. √ Al Ushūlu As Sittah. √ Ushūlul Imān. √ Adabul Masyyi ilā Ash shalāh. √ Kasyfu syubhat. Termasuk diantaranya kitāb yang in syā Allāh akan kita pelajari yaitu Al Ushūlu AtsTsalātsah wa Adilatuhā 3 landasan utama dan juga dalīl-dalīlnya. Dan beliau meninggal dunia pada tahun 1206 Hijriyyah. Itulah yang bisa kita sampaikan. وبالله التوفيق و الهداية والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 👤 Ustadz Abdullāh Roy, MA 📗 Silsilah Beriman Kepada Takdir Allah 🔊 Halaqah 7 Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 4 🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁 🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍 CARA BERIMAN DENGAN TAKDIR ALLAH BAGIAN 4 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين ☪ Halaqah yang ke-7 dari Silsilah ilmiyyah Beriman Kepada Takdir Allah adalah tentang “ Cara Beriman dengan Takdir Allah Bagian 4”. Cara Beriman dengan Takdir Allah adalah dengan mengimani Marotibul Qadar tingkatkan-tingkatan takdir yang jumlahnya ada empat Diantara Cara Beriman dengan Takdir Allah adalah dengan mengimani tingkatan takdir yang ke-3 yaitu 3⃣. Masyiiatullah atau Kehendak Allah. Dan yang dimaksud adalah beriman bahwa apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Allah kehendaki maka tidak akan terjadi. Dan apa yang ada di langit dan di bumi berupa bergeraknya sesuatu atau diamnya sesuatu maka dengan kehendak Allah dan tidak mungkin terjadi di kerajaan Allah Subhānahu wa Ta’āla apa yang tidak dikehendaki-Nya. Diantara dalilnya dari Al Qur’an adalah firman Allah إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ “Sesungguhnya perkara Allah apabila menginginkan sesuatu adalah mengatakan Jadilah.’, maka jadilah dia.” [QS Ya-Sin 82] Dan Allah berfirman وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ… “Dan seandainya Rabb-mu menghendaki niscaya akan beriman seluruh yang ada di bumi.” [QS Yunus 99] Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ… “Katakanlah, Ya Allah yang memiliki kerajaan, Engkau memberi kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa yang Engkau kehendaki.” [QS Ali Imran 26] Dan Allah berfirman وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ “Dan tidaklah kalian menginginkan kecuali dengan kehendak Allah Rabb semesta alam.” [QS At-Takwir 29] Adapun dari As-Sunnah, maka Rasulullah ﷺ bersabda, ▫️ لا يقل أحدُكم اللهمَّ اغفر لي إن شئتَ ، ارحمني إن شئتَ ، ارزقني إن شئتَ ، وليَعزِمْ مسألتَه ، إنَّهُ يفعلُ ما يشاءُ ، لا مُكْرِهَ لهُ “Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki, sayangilah aku jika engkau menghendaki, berilah aku rezeki apabila engkau menghendaki.’ Maka hendaklah dia menguatkan permintaannya karena Allah melakukan apa yang Dia kehendaki, tidak ada yang memaksanya”. [HR Bukhori] Berkata Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah مَا شِئْتَ كَانَ، وإنْ لم أشَأْ – وَمَا شِئْتُ إن لَمْ تَشأْ لَمْ يكنْ “Apa yang Engkau kehendaki ya Allah, terjadi, meskipun aku tidak menghendakinya dan apa yang aku kehendaki kalau Engkau tidak menghendakinya maka tidak akan terjadi.” [Atsar ini dikeluarkan oleh Al Lalika-i di dalam kitab beliau Syarhu Ushuli Itiqadi Ahli Sunnati wal Jamaah Minal Kitabi wa Sunnah Wa Ijmai Shahabah Jilid IV halaman 702] Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Saudaramu, Abdullāh Roy Di kota Al-Madīnah 🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁🌱🍁🌱🍁🌱🌱🍁 🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍🎍

hsi 7 halaqah 1